Mengusung Gaya Berita Human Stability untuk Memperkaya Khasanah Jurnalistik yang Beradab dan Manusiawi
Rabu, 19 Oktober 2022
Oleh: AbduL Muin L.O *)
"Kalau Anda dalam keadaan emosi atau marah-marah jangan buat berita, karena hasilnya dipastikan, beritanya tidak karuan." (Usamah Kadir).
Keberadaan Pers Indonesia secara historis mengiringi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bila dirunut, Pers Indonesia telah melalui masa perjuangan kemerdekaan hingga awal kemerdekaan yang kemudian disebut masa/era Orde Lama (Orla).
Lepas dari era Orla, memasuki era Orde Baru (Orba). Di era Orla maupun era Orba perkembangan pers mengalami pasang surut. Meski demikian, misi pers dalam mengawal perjalanan bangsa tetap memberikan peran yang signifikan. Di era Reformasi, pers melintasi babak baru dan ada yang menyebut pers kini memasuki era Milenium.
Dalam perjalanannya Pers Indonesia mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan zaman. Namun, patut dicatat sebelum era Reformasi, kebebasan pers cenderung dikekang oleh penguasa. Tidak sedikit media atau penerbitan surat kabar dan majalah yang memunculkan berita kontrol dan kritik tajam dibreidel atau diberangus.
Lepas dari era Orla, memasuki era Orde Baru (Orba). Di era Orla maupun era Orba perkembangan pers mengalami pasang surut. Meski demikian, misi pers dalam mengawal perjalanan bangsa tetap memberikan peran yang signifikan. Di era Reformasi, pers melintasi babak baru dan ada yang menyebut pers kini memasuki era Milenium.
Dalam perjalanannya Pers Indonesia mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan zaman. Namun, patut dicatat sebelum era Reformasi, kebebasan pers cenderung dikekang oleh penguasa. Tidak sedikit media atau penerbitan surat kabar dan majalah yang memunculkan berita kontrol dan kritik tajam dibreidel atau diberangus.
Di era Reformasi kebebasan pers mulai digaungkan
dan pembreidelan tidak diberkakukan lagi. Para pemerhati dan pemikir yang peduli pers bisa leluasa berkreasi. Yang penting tetap mengacu pada aturan yang disepakati, Undang Undang Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik. Publik hanya berharap Pers senantiasa beretika, beradab dan tidak kebablasan.
Terkait dengan perkembangan pers atau jurnalistik itu, penulis menawarkan satu ide berupa konsep berita bergaya human stability untuk memperkaya khasanah jurnalistik. Konsep ini merupakan ide murni dan original yang lahir dari perenungan penulis sebagai jurnalis dan membuat definisi dan uraian singkat berikut ini.
Gaya berita human stability (stabilitas kemanusiaan) adalah gaya penulisan berita yang narasinya berorientasi pada harkat dan martabat kemanusiaan yang stabil atau normal pada semua obyek pemberitaan yang dirangkum. Gaya berita human stability juga didefinisikan sebagai berita yang proporsional, tidak menyanjung ataupun menyudutkan satu pihak secara berlebihan.
Terkait dengan perkembangan pers atau jurnalistik itu, penulis menawarkan satu ide berupa konsep berita bergaya human stability untuk memperkaya khasanah jurnalistik. Konsep ini merupakan ide murni dan original yang lahir dari perenungan penulis sebagai jurnalis dan membuat definisi dan uraian singkat berikut ini.
Gaya berita human stability (stabilitas kemanusiaan) adalah gaya penulisan berita yang narasinya berorientasi pada harkat dan martabat kemanusiaan yang stabil atau normal pada semua obyek pemberitaan yang dirangkum. Gaya berita human stability juga didefinisikan sebagai berita yang proporsional, tidak menyanjung ataupun menyudutkan satu pihak secara berlebihan.
Selanjutnya, satu lagi kehususan berita human stability, dalam penulisannya diupayakan menggunakan bahasa yang beretika, santun dan beradab, serta menghindari penggunaan kata-kata kasar dan jorok, meskipun obyek pemberitaannya merupakan pelaku kasus kriminal.
Keterkaitan Human Stability
dengan Gaya Berita Lainnya
Selama ini, kita telah mengenal ada gaya berita straight news (berita lurus), both side of reporting, investigatif reporting (reportase investigasi), feature news (berita feature atau bercerita), human interest (penekanan unsur kemanusiaan) dan sebagainya.
Kehadiran gaya berita human stability bukan untuk menandingi gaya berita lain yang telah ada. Bahkan, dalam prakteknya saling melengkapi. Gaya berita human stability di dalamnya bisa menggunakan satu atau lebih gaya berita yang lain, misalnya reportase dan feature news, straight news dan investigatif reporting, dan sebagainya.
Benang merahnya, gaya berita human stability bukan sebuah model atau alur pemberitaan yang baru. Akan tetapi penekanannya berangkat dari 2 hal pokok. Pertama, mencerahkan unsur kemanusiaan obyek berita yang ideal, dalam pengertian stabil atau normal, tidak bombastis atau berlebihan.
Kedua, menekankan alur berita dengan bahasa yang beretika, santun dan beradab, sekalipun obyek berita merupakan pelaku kriminal, bahkan mungkin recidivis (penjahat kambuhan).
Demikian juga dengan obyek berita posistif, seperti berita profile atau sosok berprestasi, geliat kinerja institusi atau perusahaan, human stability menuntun untuk tidak memuji yang berlebihan "setinggi langit' (sensasi dan kurang wajar), alasannya di belakang prestasi itu pasti dia atau mereka manusia biasa juga.
dengan Gaya Humam Stability
Bila ditelisik, gaya berita human stability mirip saja dengan gaya berita human interst, jadi seakan mubazir dan tidak perlu ada. Namun, kalau diteliti lebih dalam, jelas perbedaannya. Adapun perbedaannya antara lain berikut ini.
Pertama, berita gaya human interest lebih menekankan pada obyek berita orang-orang tertindas, kaum marginal, orang susah dan sebagainya. Sedangkan gaya berita human stability wilayahnya lebih luas atau sedapat mungkin semua obyek (topik) pemberitaan. Bisa orang kaya, pejabat, pengusaha sukses, olahragawan berprestasi, termasuk orang kecil atau orang susah dan tertindas serta yang lainnya.
Kedua, berita human interest pangsa pasar audience-nya biasanya orang-orang yang peduli atau batinnya tersentuh dengan kondisi kaum marginal atau orang-orang susah atau tertindas. Sedangkan berita human stability, tergantung topik pemberitaanya.
Kalau topik beritanya seputar profile atau prestasi, boleh jadi audience-nya hanya orang yang ada hubungan emosional dengan berita, paling tidak misalnya orang-orang yang mau memetik hikmah dari kesuksesan seorang tokoh atau atlit berprestasi.
Kemudian, kalau topik beritanya misalnya pelaku kriminal, dengan gaya berita human stability diharapkan bisa menimbulkan simpati dan bagi obyek berita (pelaku kriminal yang bersangkutan) bisa membangkitkan kesadarannya untuk memilih jalan yang benar. Intinya, seorang manusia melakukan tindak kejahatan atau kriminal dipastikan ketika itu kondisi fitrah kemanusiaannya tidak stabil (tidak normal).
Keterkaitan Human Stability
dengan Gaya Berita Lainnya
Selama ini, kita telah mengenal ada gaya berita straight news (berita lurus), both side of reporting, investigatif reporting (reportase investigasi), feature news (berita feature atau bercerita), human interest (penekanan unsur kemanusiaan) dan sebagainya.
Kehadiran gaya berita human stability bukan untuk menandingi gaya berita lain yang telah ada. Bahkan, dalam prakteknya saling melengkapi. Gaya berita human stability di dalamnya bisa menggunakan satu atau lebih gaya berita yang lain, misalnya reportase dan feature news, straight news dan investigatif reporting, dan sebagainya.
Benang merahnya, gaya berita human stability bukan sebuah model atau alur pemberitaan yang baru. Akan tetapi penekanannya berangkat dari 2 hal pokok. Pertama, mencerahkan unsur kemanusiaan obyek berita yang ideal, dalam pengertian stabil atau normal, tidak bombastis atau berlebihan.
Kedua, menekankan alur berita dengan bahasa yang beretika, santun dan beradab, sekalipun obyek berita merupakan pelaku kriminal, bahkan mungkin recidivis (penjahat kambuhan).
Demikian juga dengan obyek berita posistif, seperti berita profile atau sosok berprestasi, geliat kinerja institusi atau perusahaan, human stability menuntun untuk tidak memuji yang berlebihan "setinggi langit' (sensasi dan kurang wajar), alasannya di belakang prestasi itu pasti dia atau mereka manusia biasa juga.
dengan Gaya Humam Stability
Bila ditelisik, gaya berita human stability mirip saja dengan gaya berita human interst, jadi seakan mubazir dan tidak perlu ada. Namun, kalau diteliti lebih dalam, jelas perbedaannya. Adapun perbedaannya antara lain berikut ini.
Pertama, berita gaya human interest lebih menekankan pada obyek berita orang-orang tertindas, kaum marginal, orang susah dan sebagainya. Sedangkan gaya berita human stability wilayahnya lebih luas atau sedapat mungkin semua obyek (topik) pemberitaan. Bisa orang kaya, pejabat, pengusaha sukses, olahragawan berprestasi, termasuk orang kecil atau orang susah dan tertindas serta yang lainnya.
Kedua, berita human interest pangsa pasar audience-nya biasanya orang-orang yang peduli atau batinnya tersentuh dengan kondisi kaum marginal atau orang-orang susah atau tertindas. Sedangkan berita human stability, tergantung topik pemberitaanya.
Kalau topik beritanya seputar profile atau prestasi, boleh jadi audience-nya hanya orang yang ada hubungan emosional dengan berita, paling tidak misalnya orang-orang yang mau memetik hikmah dari kesuksesan seorang tokoh atau atlit berprestasi.
Kemudian, kalau topik beritanya misalnya pelaku kriminal, dengan gaya berita human stability diharapkan bisa menimbulkan simpati dan bagi obyek berita (pelaku kriminal yang bersangkutan) bisa membangkitkan kesadarannya untuk memilih jalan yang benar. Intinya, seorang manusia melakukan tindak kejahatan atau kriminal dipastikan ketika itu kondisi fitrah kemanusiaannya tidak stabil (tidak normal).
Bagaimana Memproduksi
Berita Human Stability
Untuk memproduksi berita bergaya human stability, tentu saja tetap berangkat dari azas baku pemberitaan, 5 W 1 H, yakni Who (Siapa), What (Apa), Why (Mengapa), When (Kapan), Where (Di mana) dan How (Bagaimna).
Azas khusus human stability, pewarta atau jurnalis merupakan manusia stabil (normal), sehat jasmani dan rohani. Dalam hal ini untuk memproduk berita human stability (kestabilan kemanusiaan), maka yang meliput, merangkum, mengedit dan menayangkan berita wajib orangnya normal (stabil), stabil kejiwaan (psikologis) dan stabil emosional dan situasional.
Maaf, penulis ingin mengutip satu illustrasi dari statement seorang Jurnalis senior bernama, Usamah Kadir. Ketika itu, penulis sebagai wartawan Harian Berita Kota Makassar (Media FAJAR Grup dan Jawa Pos Grup).
Usamah Kadir sebagai Redaktur Pelaksana media itu dalam sebuah pertemuan mengatakan, "Kalau Anda dalam keadaan emosi atau marah-marah jangan buat berita, karena hasilnya, dipastikan beritanys tidak karuan." Maknanya, pembuat berita harus stabil kejiwaan, stabil emosional dan situasional.
Kembali ke bagaimana memproduk berita human stability, dalam uraian ini hanya akan dibahas sepintas karena keterbatasan ruang. Sejatinya, artikel ini adalah ikhtisar dari persiapan penulisan buku kecil dengan topik gaya berita human stability yang bakal diuraikan panjang lebar, lengkap dengan model atau contoh model beritanya.
Jelasnya, bahwa untuk memproduk berita bergaya human stability, mulai dari jurnalisnya harus stabil (normal), kemudian memiliki keterampilan wawancara, kesiapan untuk merangkum data yang akurat, kepekaan merekam suasana yang mendukung pemberitaan dan kemampuan untuk menulis berita yang ideal, berimbang dengan gaya human stability.
Terakhir, penulis akan memaparkan ciri-ciri khas sebuah berita human stability, dan juga sebagai kesimpulan sementara yang juga dipaparkan secara sepintas berikut ini.
Pertama, menekankan unsur kestabilan kemanusiaan, baik obyek berita positif maupun berita negatif (kasus).
Kedua, menggunakan bahasa yang santun, beretika dan beradab. Ketiga, alur beritanya tidak menyanjung secara berlebihan dan sensasional untuk berita positif dan tidak mencela, menghina dan menyudutkan secara kasar oknum pelaku kriminal.
Keempat, kalau sumber beritanya berita kasus, sedapat mungkin berimbang dan memberikan hak masing-masing pihak untuk mengungkapkan kondisinya. Kelima, cara peliputan, perangkuman dan penulisan beritanya berazakan Kode Etik Jurnalistik.
Sebenarnya, ada ciri lain lagi dan juga pembahasan lain seputar gaya berita human stability. Namun, seperti inilah sementara yang bisa diyampilkan dalam uraian singkat ini. Selamat atas semua peraih Anugerah Dewan Pers tahun 2022. (*).
Untuk memproduksi berita bergaya human stability, tentu saja tetap berangkat dari azas baku pemberitaan, 5 W 1 H, yakni Who (Siapa), What (Apa), Why (Mengapa), When (Kapan), Where (Di mana) dan How (Bagaimna).
Azas khusus human stability, pewarta atau jurnalis merupakan manusia stabil (normal), sehat jasmani dan rohani. Dalam hal ini untuk memproduk berita human stability (kestabilan kemanusiaan), maka yang meliput, merangkum, mengedit dan menayangkan berita wajib orangnya normal (stabil), stabil kejiwaan (psikologis) dan stabil emosional dan situasional.
Maaf, penulis ingin mengutip satu illustrasi dari statement seorang Jurnalis senior bernama, Usamah Kadir. Ketika itu, penulis sebagai wartawan Harian Berita Kota Makassar (Media FAJAR Grup dan Jawa Pos Grup).
Usamah Kadir sebagai Redaktur Pelaksana media itu dalam sebuah pertemuan mengatakan, "Kalau Anda dalam keadaan emosi atau marah-marah jangan buat berita, karena hasilnya, dipastikan beritanys tidak karuan." Maknanya, pembuat berita harus stabil kejiwaan, stabil emosional dan situasional.
Kembali ke bagaimana memproduk berita human stability, dalam uraian ini hanya akan dibahas sepintas karena keterbatasan ruang. Sejatinya, artikel ini adalah ikhtisar dari persiapan penulisan buku kecil dengan topik gaya berita human stability yang bakal diuraikan panjang lebar, lengkap dengan model atau contoh model beritanya.
Jelasnya, bahwa untuk memproduk berita bergaya human stability, mulai dari jurnalisnya harus stabil (normal), kemudian memiliki keterampilan wawancara, kesiapan untuk merangkum data yang akurat, kepekaan merekam suasana yang mendukung pemberitaan dan kemampuan untuk menulis berita yang ideal, berimbang dengan gaya human stability.
Terakhir, penulis akan memaparkan ciri-ciri khas sebuah berita human stability, dan juga sebagai kesimpulan sementara yang juga dipaparkan secara sepintas berikut ini.
Pertama, menekankan unsur kestabilan kemanusiaan, baik obyek berita positif maupun berita negatif (kasus).
Kedua, menggunakan bahasa yang santun, beretika dan beradab. Ketiga, alur beritanya tidak menyanjung secara berlebihan dan sensasional untuk berita positif dan tidak mencela, menghina dan menyudutkan secara kasar oknum pelaku kriminal.
Keempat, kalau sumber beritanya berita kasus, sedapat mungkin berimbang dan memberikan hak masing-masing pihak untuk mengungkapkan kondisinya. Kelima, cara peliputan, perangkuman dan penulisan beritanya berazakan Kode Etik Jurnalistik.
Sebenarnya, ada ciri lain lagi dan juga pembahasan lain seputar gaya berita human stability. Namun, seperti inilah sementara yang bisa diyampilkan dalam uraian singkat ini. Selamat atas semua peraih Anugerah Dewan Pers tahun 2022. (*).
*) Biodata Singkat Penulis
Nama: ABDUL MUIN L.O
Alamat: Jl. Ir. Sutami No. 62 Sangalinna Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea Makassar, Sulsel.
NIK: 7371092805560004
Pekerjaan: Wartawan
Media: Okesulsel.com (Terverifikasi Dewan Pers) & NUANSABARU.ID.
No. Kartu Pers: 27990-08-06-0012
Organisasi Pers: Anggota PWI Provinsi Sulsel
Nomor: 23.00.1550.21 MU
Kontak: Ponsel/WA; 0888 1799 720
email: muinlo2828@gmail.com
Pengalaman Jurnalistik:
1. Pemimpin Redaksi Tabloid Nuansa Baru
(Terdaftar di Dewan Pers). Non Aktif.
2. Wartawan Majalah Estafet, Jakarta. Non Akktif
3. Wartawan Koran Harian Berita Kota Makassar (Media FAJAR Grup). Non Aktif
4. Redpel NUANSABARU.ID & Reporter Okesulsel.com
5, Penulis artikel di sejumlah media
6. Dll.
6. Dll.
Informasi:
1. Artikel ini diikutkan pada Ajang Anugerah Dewan Pers Tahun 2022
2. Artikel ini telah termuat di Okesulsel.com, Media Grup NUANSABARU.ID
3. Artikel ini, karya original, Jurnalis ABDUL MUIN L.O
Topik Terkait
Baca Juga :