Arsyad Hakim Punya Kenangan Ditemani Aris Asnawi Investigasi Kasus Asusila yang Heboh
Direktur FAJAR Nasional Network, Arsyad Hakim punya kenangan tersendiri dengan mendiang Aris Asnawi. (Foto: Dok. Istimewa) |
Nuansabaru.id, MAKASSAR - Menghantar kepergian H. Aris Asnawi, purnabakti jurnalis dan aktivis itu, banyak teman-temannya menyampaikan ucapan belasungkawa, mengiringkan doa dan berkomenar tentang sosok wartawan femomenal itu.
Salah satunya, Arsyad Hakim, Wakil Ketua Bidang Kerjasama Nasional Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Selatan. Dihubungi, Rabu, (22/5-2024) di Makassar, ia mengakui punya kenangan tersendiri dengan mendiang Aris Asnawi.
Sebelum dipaparkan komentarnya, untuk diketahui, Arsyad Hakim ini satu dari sekian wartawan yang sukses meniti karier. Saat ini, ia merupakan petinggi Harian FAJAR, media terbesar di daerah ini.
Jabatannya saat ini, Direktur FAJAR Nasional Network. Dalam hal ini ia jutru memimpin sekian wartawan dan karyawan di bawah payung media FAJAR.
Kendati demikian, dalam dunia kewartawanan, ia juga meniti karier mulai dari bawah dan sempat bersama-sama dengan almarhum Aris Asnawi di lapangan. Berikut penuturan langsungnya.
Aris Asnawi itu, merupakan nama yang tidak asing bagi saya. Jauh sebelum saya menggeluti profesi sebagai wartawan Surat Kabar Harian FAJAR, medio 2000 silam, saya tahu betul dia.
Kak Aris Asnawi, begitu ia biasa disapa, itu lelaki kekar dengan kumis tebal, namun orangnya sangat ramah. Kini, ia telah tiada, ia pergi ke pangkuan Sang Pencipta, Selasa, 21 Mei 2024.
Kabar duka itu saya terima sore harinya dari seorang sahabat bernama, Bahri Laiyya. Saat saya tanya penyebabnya, Bahri belum merespons.
Seorang sahabat lainnya, Edy Basri, mantan wartawan Harian FAJAR di Sidrap yang mengabari jika almarhum sudah lama sakit.
Sebagai sosok yang sangat disegani, ada satu kenangan tersendiri saya dengan dia. Aris Asnawi pernah menemani saya melakukan investigasi dan reportase kasus yang menghebohkan di Sidrap.
Jelasnya, kasus asusila yang melibatkan sejumlah oknum polisi yang diangkat Harian FAJAR saat itu. Saking hebohnya, belasan oknum polisi yang terlibat mendapatkan hukuman (sanksi), termasuk mutasi dan Kapolres dicopot.
Saya, tidak mau mengungkit-ungkit terlalu jauh tentang kasus usang itu, khawatir mencuat sebagai 'aib baru'.
Selanjutnya, setelah saya pindah tugas ke Kota Makassar pada tahun 2004, sudah jarang ketemuan dengan Kak Aris Asnawi. Namun komunikasi via handpone masih terjalin. Termasuk ketika saya pindah tugas di Kantor Perwakilan Harian FAJAR di Jakarta, tahun 2006 hingga 2010.
Sebagai seorang aktivis, setahu saya, Kak Aris kemudian melanjutkan karier sebagai politisi. Saat itu Kak Aris yang sudah berdomisili di Kota Makassar, masih sering mengabari saya tentang kegiatan partainya. Bahkan, ia sering minta dibantu, diliput dan dipublikasikan kegiatannya di Harian FAJAR.
Beberapa tahun terakhir, komunikasi dengan Kak Aris sudah jarang dan nyaris terputus. Itu sejak pandemi covid-19 melanda.
Hingga kabar duka itu datang, saya tersentak kalau Kak Aris sudah tiada. Ia telah pergi untuk selama-lamanya. Kak Aris, namamu tetap abadi dan saya iringkan doa Alfatihah. (*)
Penulis/Editor: ABDUL MUIN L.O