Hikmah dari Ungkapan Sahabat Rasulullah, Seandainya Jauh, Seandainya Baru dan Seandainya Seluruh

 


Khatib Al Ustadz Munsir sampaikan khutbahnya di Masjid Lailatul Qadri, Jalan Ir. Sutami Makassar, Jumat, 28 Juni 2024.(Foto: Nuansabaru.id/ABDUL)

Nuansabaru.id, MAKASSAR - Seorang sahabat Rasulullah, Muhammad SAW bernama Tauban Ibnu Wajedah Radhiyallahu Anhu, satu ketika menghadap Rasulullah. Perawakannya kurus dan agak kelihatan lemah.

Rasullah bertanya kepadanya, mengapa sampai perawakannya kurus dan lemah seperti itu. Tauban, sahabat itu menjawab, "Saya banyak berpikir ya Rasulullah".

Rasulullah melanjutkan pertanyaannya, apa gerangan yang membuatmu banyak berpikir? Sahabat itu menjawab, "Saya memikirkan, jangan-jangan Rasulullah wafat meninggalkan saya dan di akhirat kelak saya tidak bisa lagi bersama-sama dengan Rasulullah".

Demikian lebih kurang Ustadz Munsir memaparkan sebuah riwayat seorang sahabat Rasulullah saat bertindak sebagai Khatib Khutbah Jumat di Masjid Lailatul Qardri, Jalan Ir Sutami Sangalinna Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Jumat, (28/6-2024).

Hikmah pertama yang dapat dipetik dari riwayat itu bahwa beban pemikiran itu lebih besar dampaknya yang bisa membuat orang kurus dan lemah ketimbang kekurangan makanan dan minuman.

Mubaliq itu melanjutkan riwayatnya bahwa di hadapan Rasulullah Tauban mengakui kecintaannya kepada Allah SWT dan Rasulnya melebihi cintanya kepada anak-isteri dan harta bendanya.

Ustaz Munsir menuturkan bahwa dalam riwayat menyebutkan, Tauban Ibnu Wajadah itu salah satu sahabat Rasulullah yang rajin ikut salat berjamaah di masjid bersama Rasulullah, termasuk salat subuh, meskipun rumahnya cukup jauh dari masjid. Padahal ia termssuk keluarga kurang mampu.

Sahabat Rasulullah itu Rumahnya Jauh 
dari Masjid tapi Rajin Datang Beribadah
Pembawa khutbah Jumat itu meneruskan kisahnya bahwa pada satu momen salat subuh, Rasulullah menengok ke belakang dan kiri-kanan ternyata Tauban tidak terlihat. Rasulullah berpikir mungkin ada masalah sehingga Tauban tidak muncul mengikuti salat subuh.

Rasulullah kemudian bertanya kepada sahabat lain dari jamaah, siapa yang melihat rumah Tauban. Setelah ada sahabat yang mengaku melihat rumah Tauban, maka berangkatlah Rasulullah bersama sejumlah sahabat itu menuju ke rumah Tauban.

Tiba di rumah Tauban, Rasulullah bermaksud menemui Tauban, namun ia tidak terlihat, maka Rasulullah bertanya kepada Ummuh isteri Tauban.

Isteri Tauban menjawab, ia telah wafat ya Rasulullah. Akhirnya Rasulullah menyampaikan rasa berduka yang mendalam sambil bertanya lagi kepada isteri Tauban, apakah ada wasiat yang disampaikan.

Isteri Tauban menjawab tidak ada ya Rasulullah, ia hanya mengeluarkan kata-kata yang saya tidak mengerti maksudnya. Kata isterinya, sebelum meninggal ia sempat berkata, "Seandainya jauh, seandainya baru, seandainya seluruh".

Apa makna dari ucapan itu? Menurut ustadz itu, setiap orang yang meninggal punya penyesalan. Dalam riwayat ini, Tauban Ibnu Wajedah merupakan sosok yang cintahnya kepada Allah SWT dan Rasulnya luar biasa, taat beribadah dan suka menolong sesama, masih punya penyesalan.

Pertama, makna ucapan 'seandainya jauh' itu maksudnya rumahnya sudah termasuk jauh dsri masjid (lalu rajin datang beribadah), tapi ternyata yang disesalkan seandainya lebih jauh lagi maka fahala ibadahnya lebih sdmpurna.

Kedua, makna ucapan 'seandainya baru' itu dimaksudkan, pernah satu saat ia menuju ke madjid untuk salat dalam perjalanan, ia menemukan seorang berpakaian basah dan lusuh.

Terketuk hatinya, maka ia kembali ke rumahnya mengambil bajunya yang telah dipakai (baju bekas) untuk diberikan kepada orang tersebut. Seandainya yang diberikan saat itu baju baru, maka amalannya akan lebih sempurna.

Ketiga, makna 'seandainya seluruh' maksudnya, pernah satu ketika ia sementara makan roti di rumahnya, tiba-tiba datang seseorang yang mengaku kelaparan tidak pernah makan.

Tauban ikhlas memberikan sepotong roti yang telah dimakannya sebagian itu. Seandainya seluruh roti (bukan sepotong roti) diberikan saat itu maka amalannya lebih sempurna.

Demikian dihimpun dan disarikan dari khutbah, Khatib Ustadz Munsir, di Masjid Lailatul Qadri Jalan Ir. Sutami Makassar, sebagaimana telah disebutkan. Wallahualam! (*).

Penulis/Editor: ABDUL


Topik Terkait

Baca Juga :